WHO IS HE IN THAT STREET?
Angin malam
berhembus kuat menyelimuti tubuhku.
Sinar rembulan bersinar menyinari kota kecilku ini, Sunberry hill. Di
malam yang suram ini, aku dan temanku, Grace baru saja pulang dari tugas yang
tidak berkeprimanusiaan, “MEMBERSIHKAN SELURUH HALAMAN SEKOLAH”. Masalahnya
adalah, halaman sekolahku ini benar-benar luas. Membuatku dan Grace harus
membersihkan halaman sekolah sampai selarut ini.
“Grace, aku pulang dulu ya.. Badanku sudah pegal
semua nih” keluhku sambil menghantam leherku.
“Iya.
Badanku juga pada mati rasa semua.
Gara-gara kita gak bikin pr kimia, masa’ kita jadi harus membersihkan seluruh
halaman sekolah. Kejam!” Grace menyipitkan matanya dan mencibirkan mulutnya.
“Sudah ya Len.
Aku juga mau pulang nih. Sudah larut. Dah Alena~” Grace pergi meninggalkanku
sambil melambai pelan.
“Aku juga
harus segera pulang nih” Pikirku. Dengan pelan, akupun meninggalkan sekolah.
Jalan
benar-benar sepi dan suram. Yang terdengar hanyalah bunyi jangkrik yang
menurutku “BERISIK”. Entah kenapa, banyak orang yang bilang kalau suara
jangkrik itu merdu atau romantis. Aneh sekali ya? Apa indera pendengaran mereka
itu bermasalah?
Di tengah
jalan, aku melihat seorang lelaki separuh baya yang sedang menyandar pada
sebuah tiang lampu. Rambutnya hitam, matanya biru, hidungnya mancung, badannya
kurus, dan tingginya sekitar 180 cm. Perfect sekali! Apa yang sedang
dilakukannya di sana malem-malem begini ya?
Lelaki itu
menoleh ke arahku. Sinar rembulan bersinar ke arah lelaki itu. Serasa di film-film
romance gitu deh. Cool..~
Akupun
menghentikan lamunanku. Aku melanjutkan perjalanan ke rumahku. Aku berjalan
pelan ke arah lelaki tak dikenal itu. Soalnya arah ke rumahku kan lewat sana.
But, aku jadi salah tingkah karna lelaki itu terus-terusan melihatku berjalan.
Hingga aku berada tepat di sampingnya, aku langsung menoleh ke arahnya.
“Hey, kenapa
kau melototiku seperti itu?” Aku melihatnya sinis. Lelaki itu menganga seolah
terkejut.
“Sekarang
kenapa melongo?” Akupun merasa heran sendiri melihatnya. Apa dia itu autis?
Lelaki itu lalu tersenyum pelan.
“Tidak
apa-apa” Lelaki itu masih memasang senyumannya yang manis ke arahku. Melihat
senyumannya, aku jadi merasa terhipnotis. Senyumannya terlalu manis untuk
diperlihatkan ke arahku. Membuatku ingin tau lebih banyak tentang kehidupannya.
Akhirnya, kuberanikan diri untuk berkenalan dengannya.
“Aku Alena,
kelas 1 SMA Brigdestone. Kamu siapa?”
aku mengulurkan tanganku. Maksudnya sih mau salaman. ternyata eh ternyata, dia
Cuma bilang :
“Lan, kelas 3
SMA Bridgestone” Setelah mengatakan hal itu, Lan langsung pergi meninggalkanku
tanpa merespon uluran tanganku.
Iiiihh, dia
itu kenapa sih? Dasar aneh! Jahat! Kejam! Siluman! Mau salaman aja, gak bisa. Ukkkhh…
“Kuuk kuuk
kuuk…” Burung hantu mulai meraung-raung.
Hiii.. emang
ini udah jam berapa sih? Perasaan masih jam setengah delapan malam deh. Tapi
kok.. suasananya jadi gini ya?? Lebih baik.. pulang aja deh..
***
Penasaran
dengan lelaki bernama Lan yang KATANYA anak
SMA ku juga, aku pun menanyakan hal ini kepada Grace. Bisa dibilang, Grace kan
anak tenar yang up to date di twitter. Plus dekat sama kakak-kakak senior.
“Lan?! Gak
tau tuh. Tapi rasanya sih aku pernah denger namanya. Gak tau juga sih! LUPA!
Tapi, satu yang pasti aku gak pernah ketemu apalagi kenal sama kakak kelas yang
namanya ‘LAN’ yang kamu bilang itu.” Seru Grace.
“Oh,
gitu”seruku pelan.
“Kamu yakin
dia anak sekolah ini?” Tanya Grace pelan.
Karna aku gak
tau pasti tentang orang bernama Lan yang kutemui semalam, aku hanya menaikkan
pundakku sambil berwajah kecewa karna tak berhasil menemukan orang bernama Lan
itu.
“Gak usah
sedih gitu dong Len..” Grace mencubit pipiku.
“Nanti aku
Tanya deh sama kakak-kakak kelas 3, ok?!” Lanjut Grace. Aku pun tersenyum
melihat Grace.
***
“Hmm.. Lan??
Dia siapa ya?” Aku berguling-guling di tempat tidurku.
Habis dia keren banget. Jadi
penasaran dia itu siapa. Aku memeluk bantal gulingku.
“ALENAAA!! TOLONG BELIKAN KECAP
DI MINIMARKET!” Teriak mama.
“IYAA!!” akupun segera keluar
rumah dan berjalan ke arah minimarket. Kali ini anginnya gak sedingin malam
kemarin. Tapi tetap aja dingin. Brrrr…
Langkahku terhenti di sebuah
pertigaan. Nah, Jalan tercepat ke minimarket adalah berjalan ke arah kiri.
Tapi, entah kenapa aku malah melangkah lurus. Padahal jalannya memutar. Namun,
aku memilih jalan ini berharap bisa bertemu Lan ditempat yang sama seperti
kemarin.
“Tap” aku menghentikan langkahku
kembali. Benar dugaanku. Lan ada di sana.
Kali ini, dia sedang duduk di
sambil meraba-raba jalanan. Apa dia itu benar-benar autis ya? ==”
“Hey, kau.. Lan!” panggilku.
“Kau lagi. Apa yang kau lakukan
di sini?” ujarnya sinis sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Terserah aku dong. Aku kan mau
ke minimarket” Aku membela diri.
“Oh..” Dia kembali meraba-raba
jalanan.
Aku terdiam melihatnya. Kenapa
dia kelihatan begitu sedih melihat jalanan itu? Dia tidak mungkin autis kan?
Dari cara ngomongnya aja aku tau kalau dia itu gak autis. Apa dia itu pecinta
hewan? Bisa saja kan ada semut di sana? Tapi, kayaknya gak mungkin deh.. ==”
Aku tertegun. Aku baru menyadari
satu hal. “BAJUNYA”!! Bajunya sama
persis seperti yang dipakainya 2 hari yang lalu. kalau dia gak mandi, pasti
baju tuh orang sekalian dengan orang-orangnya jadi kusam. Kenyataannya, dia
tetap kelihatan bersih.
“Lho? Kenapa bengong? Bukannya
kau sendiri yang bilang mau ke minimarket” Kini dia melihatku sinis.
“Oh, I.. Iya ya..” akupun pergi
melewatinya dan segera pergi ke minimarket.
***
Sesampainya
di rumah, aku kembali tidur-tiduran. Orang bernama Lan itu benar-benar membuatku
penasaran.
“Drrrtt…
Drrrttt… Drrrttt..” Handphone ku bordering-dering.
“Grace?
Tumben nelpon” akupun mengangkat telfonnya.
“Halo?”
“Len, gue tau siapa orang bernama Lan. Tadi
gue mention beberapa kakak kelas. Dan katanya, Lan itu memang anak kelas 3 SMA kita.
Dia kapten tim sepakbola di SMA kita. Tapi, 3 bulan yang lalu dia kecelakaan
dan”
“Tik!” aku
mematikan telfon. Aku tidak ingin mendengar penjelasan yang mengerikan itu
lebih dari ini. Aku benar-benar tidak percaya dengan perkataan Grace.
Aku pun
langsung berlari ke luar rumah.
“ALENA..!!
MAU KE MANA?! SUDAH MALAM!” aku tidak menghiraukan perkataan mama. Aku tetap
berlari ke tempat Lan. Ini gak mungkin kan?! Lan sudah mati? Lalu, siapa yang
kulihat? Hantu?!
“Tep” aku
berhenti ketika aku melihat Lan masih meraba jalanan. Sama seperti tadi.
“Sekarang apa
lagi?” Serunya pedas. Aku berjalan pelan ke arahnya.
Lan berhenti
meraba jalanan dan langsung berdiri menatapku.
“Lan, apa kau
sudah mati?” Tanyaku. Lan langsung terdiam. Wajahnya langsung berubah 180˚. Lalu dia tersenyum.
“Pada
akhirnya kau mengetahui keadaan yang sebenarnya ya?
Semua diawali
3 bulan lalu. Saat itu, permainan sepakbola SMA Brigdestone sedang menurun.
Kami semua akhirnya latihan begitu keras. Kami berusaha agar tidak kalah di pertandingan
selanjutnya. Namun ternyata, aku terlalu memaksakan diri.
Hingga dalam
perjalanan ke rumah, aku sudah tidak bisa melihat jalan dengan jelas. Lalu,
datanglah sebuah mobil dan mobil itu langsung menabrakku. Pengendaranya
langsung melarikan diri.
Jalan ini,
ya… ini adalah tempat aku ditabrak. Setelah peristiwa itu, aku tidak tau
kenapa, tapi aku selalu muncul di sini pada jam setengah delapan malam.
Tak ada
satupun orang yang bisa melihatku karna aku ini tidak nyata. Seharusnya aku
tidak ada di sini. Maka dari itu aku sangat terkejut mengetahui kau bisa
melihatku. Maaf ya. Waktu itu, aku bukannya tidak ingin bersalaman denganmu.
Hanya saja, kau pasti tidak bisa menyentuhku. Aku takut kau tidak mau datang ke
sini lagi. Yah, sebenarnya aku sangat kesepian”
“Begitu ya?”
aku tersenyum melihatnya. Tiba-tiba, roh Lan mulai mengabur.
“Lan? Kau
kenapa?” aku melihatnya panik.
“A..Aku tidak
tau! Alena, aku sudah tidak punya banyak waktu lagi. Meski kita baru bertemu,
aku ingin mengatakan sesuatu sebelum aku pergi. I LOVE YOU”
“Splash!” Lan
menghilang dari hadapanku begitu saja.
“Lan.. Lan??
LAAAAN!!” Teriakku.
“LAN! AKU
JUGA SUKA KAMU! KARNA ITU JANGAN TINGGALKAN AKU!! LAAAANN!!” Tanpa sadar aku
sudah terduduk dan menangis di malam yang suram itu.
***
Lan, mungkin kita tidak akan bisa bersatu sekarang. namun, aku yakin. bukan sekarang, bukan besok, tapi suatu saat nanti, kita akan bersama lagi."Len, Len.. lihat tuh" Grace mengguncang-guncang kursiku dari belakang.
"Apaan sih lo Grace?" gerutuku.
"Tuh anak baru cakep ya" Seru Grace.
"Yang mana?"
"Hy. bangku ini kosong?" seorang laki-laki jangkung berdiri di depanku.
Impossible. dia mirip Lan." Silakan.. maaf kamu siapa?"
"Ricky" yah, nama itu akan selalu kuingat. wajah Lan seolah bereinkarnasi dengannya. kali ini, dia tidak akan kulepaskan..
END